Senin, 08 Juli 2013

Hidup Sehat Bersama Tanaman Obat

DULU, ada istilah amat populer: apotek hidup. Itulah taman, kebun, atau sekadar setumpak tanah di pojok pekarangan rumah, di antara kerimbunan pohon pisang, jeruk, jambu. Dan, setumpak tanah itu ditanami aneka rempah dan tetumbuhan: jahe, laos atau lengkuas, kencur, kunyit, seledri, kucai, kenikir, serai, dan lain-lain. Itulah sumber bumbu dapur sekaligus sumber obat alami.


Ya, Anda tak perlu panik jika saat memasak jari tersayat pisau. Ambil dan oleskan kencur atau getah batang daun pisang ke luka itu. Agak perih memang. Namun tak seberapa lama, darah yang mengalir dari luka itu berhenti dan luka pun mengatup. Lebih afdal, jika setelah itu, Anda tutup luka dengan gumpalan bak kapas dari sarang sejenis laba-laba yang acap tertempel di dinding kayu rumah atau para-para. Gumpalan bak kapas putih nan lembut itu mempercepat pemulihan dari luka teriris pisau di tangan Anda.

Kini, istilah apotek hidup nyaris tak lagi terucap atau tertulis. Namun, tak perlu khawatir, ada gantinya: kebun tanaman obat keluarga (toga). Istilah itu amat sering terlontar dalam kegiatan para ibu anggota PKK di kampung, desa, dan kota. Kebun toga adalah penjelmaan ulang apotek hidup.

Banyak, teramat banyak, pepohonan dan tanaman yang bisa digunakan sebagai obat. Namun kita acap lupa, acap abai, tak peduli. Bahkan tak mau kenal. Tak ayal, banyak tanaman menghilang, lenyap, punah, entah lantaran tak terbabat ketika kita membersihkan pekarangan atau karena begitu intensif dan ekstensif alih lahan.

Padahal, ada ribuan! Paling tidak itulah yang terhimpun dalam buku Cabe Puyang: Warisan Nenek Moyang tiga jilid susunan Sudarman Mardisiwojo & Harsono Rajakmangunsudarso (Jakarta: Karya Wreda, cetakan kedua, 1975). Ya, dalam buku itu, misalnya, untuk mengatasi mencret kita bisa mengonsumsi ramuan tepung ganyong, kulit manggis, rimpang kunyit, daun jambu biji, daun salam, getah sonokembang atau angsana.

Anda mengidap kencing manis? Atasi dengan biji duwet atau jamblang, biji petai china, buah belimbing wuluh, buah mengkudu, daun sambilata, daun kumis kucing, daun sembung, daun lidah buaya.

Nah, menggembirakan, kini muncul kecenderungan makin banyak orang mengobati diri dari se­rangan penyakit dengan berbagai obat tradisional, simplisia, atau herbal. Pengobatan herbal itu pada sebagian orang menjadi alternatif ketika hasil pengobatan medis secara modern seolah-olah mentok.

Lepas dari motif yang mendasari pemilihan obat itu, kini makin banyak pula dokter bersertifikasi pengobatan herbal. Di Jawa Tengah setidaknya ada hampir 125 orang dokter semacam itu; yang setelah memeriksa dan mendiagnosis penyakit seseorang, lalu menulis resep berupa berbagai ramuan alami.

Jadi, tunggu apalagi? Buang keraguan Anda, dan mari: hidup sehat bersama tanaman obat di sekeliling kita. (51)


Sumber :
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/06/16/227863/Hidup-Sehat-Bersama-Tanaman-Obat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar